Kamis, 29 Desember 2011

implikasi teori belajar dalam penjas


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Perubahan hanya dapat dilihat dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, sepertinya seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-anggukkan kepala, maka belum tentu siswa tersebut belajar. Kemungkinan siswa tersebut mengangguk-angguk kepala bukan karena memperhatikan materi pelajaran dan faham apa yang dikatakan guru, akan tetapi karena sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi penampila guru, sehingga ketika siswa tersebut ditanya tentang apa yang disampaikan guru, siswa tidak mengerti apa-apa. Sebaliknya, manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memperhatikan, belum tentu siswa tersebut tidak sedang belajar. Kemungkinan otak dan fikiran siswa tersebut sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Berdasarkan adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, maka sebenarnya siswa sudah melakukan proses belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari proses pembelajaran, dengan demikian seorang guru harus memahami secara teoritis bagaimana terjadinya perubahan perilaku itu. Dewasa ini sebagian guru tidak memperhatikan tentang perubahan perilaku siswa. Guru hanya memberikan materi-materi pelajaran tanpa memandang hasil dari proses belajar tersebut. Melihat fenomena yang berkembang, maka seorang guru dituntut mengimplikasikan dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam pembelajaran, sehingga diharapkan proses belajar benar-benar dapat dilaksanakan secara maksimal.






BAB II
PEMBAHASAN

A.      PARADIGMA TEORI BELAJAR
Teori belajar memiliki warisan yang kaya dan beragam. Sebagai akibat dari warisan ini, banyak sudut pandang tentang proses belajar yang bermunculan. Sudut pandang yang dianut oleh sejumlah ilmuan disebut sebagai paradigma. Adapun beberapa sudut pandang yang dapat diidentifikasi ke dalam teori belajar antara lain:     1) Fungsionalistik, 2) Asosiasinistik, 3) Kognitif, 4) Neurofisiologis, 5) Evolusioner. Paradigma fungsionalistik menekankan hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan lingkungan. Paradigma asosiasionistik mempelajari proses belajar dalam term hokum asosiasi. Paradigma kognitif menekankan sifat kognitif dalam belajar. Paradigma neurofisiologis mengisolasi korelasi neurofisiologis dari hal-hal seperti belajar, persepsi, pemikira, dan kecerdasan. Paradigma evolusioner menekankan pada sejarah evolusi proses belajar orgaisme.
Paradigma-paradigma yang berkembang harus dlihat sebagai kategori kasar karena sulit untuk menemukan teori belajar yang sesuai persis dengan dengan salah satu dari kategori itu. Ketika meletakkan satu teori dalam paradigma tertentu berdasarkan penekanan utama, maka aspek-aspek tertentu dari paradigma lain dapat ditemukan. Sebagai contoh, teori Tolman sulit dikategorisasikan karena mengandung elemen fungsionalistik dan kognitif. Teori Piaget banyak dipengaruhi oleh teori Darwin namun banyak kesamaan dengan teori dalam paradigma fungsionalistik. Teori Hull dimasukkan dalam paradigma fungsionalis, namun teori ini banyak didasarkan pada gagasan asosiasinistik. Dengan pertimbangan tersebut, teori belajar utama dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.       Paradigma fungsionalistik
a.       Teori Thorndike
b.      Teori Skinner
c.       Teori Hull
2.       Paradigma asosiasinistik
a.       Teori Pavlov
b.      Teori Guthrie
c.       Teori Estes
3.       Paradigma kognitif
a.       Teori Gestalt
b.      Teori Piaget
c.       Teori Tolman
d.      Teori Bandura
4.       Paradigma neurofisiologis
a.       Teori Hebb
5.       Paradigma evolusioner
a.       Teori Bolles

B.      IMPLIKASI BEBERAPA TEORI DALAM PEMBELAJARAN
1.       Paradigma Fungsionalistik
a.       Teori Thorndike
Implikasi  dari teori Thorndike dalam pembelajaran menitikberatkan  adanya hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Teknik pengajaran berbentuk ceramah dianggap tidak baik.  Thorndike juga menyetujui program pelatihan praktik yang dibuat menyerupai dunia nyata (kehidupan sehari-hari) dan memasukkan proses belajar eksperensial (berbasis pengalaman).
b.      Teori Skinner
Implikasi teori Skinner dalam pembelajaran dinyatakan dalam informasi yang ada dipelajari dan disajikan secara bertahap. Dalam pembelajaran selalu diberikan umpan balik dengan segera, sehingga diharapkan murid mampu belajar dengan caranya sendiri. Teori Skinner juga mengedepankan penggunaan teknik pengajaran programmed learning (belajar terprogram), teaching machine (mesin pengajar), computer based instruction (CBI) atau pengajaran berbasis computer.
c.       Teori Hull
Hull membuat prediksi yang persis tentang efek gabungan dari belajar dan dorongan terhadap perilaku dan efek keletihan (via hambatan reaktif dan terkondisi). Penguatan dalam pembelajaran bergantung pada reduksi dorongan/stimuli dorongan yang dihasilkan oleh kondisi kebutuhan fisiologi.

2.       Paradigma Asosiasinistik
a.       Teori Pavlov
Teori Pavlov sulit diaplikasikan ke dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran.  Pavlov mengedepankan modifikasi sikap dan emosi terhadap belajar berdasarkan pengkondisian klasik yang harus dilakukan dengan hati-hati agar mendapatkan program pendidikan yang benar-benar efektif. Selain itu, Pavlov juga menciptakan teori belajar antisipasi.
b.      Teori Guthrie
Menurut  Guthrie latihan (praktik) adalah penting karena menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan. Pendidikan formal seharusnya menyerupai situasi kehidupan nyata dibuat semirip mungkin. Pemberian hukuman dalam pembelajaran idealnya tidak sekadar menghentikan perilaku yang tidak diinginkan melainkan menghasilkan perilaku yang diinginkan. Perluasan dari teori Guthrie ke apklikasi praktis bersifat langsung dan dijelaskan dengan cara menyenangkan, penuh contoh, tidak hanya rumusan-rumusan.
3.       Paradigma Kognitif Dominan
a.       Teori Gestalt
Gestall mengedepankan penggunaan teknik ceramah (lecture), tetapi akan berusaha agar ada interaksi antara guru dan murid.  Teori ini juga menghindari memorisasi fakta tanpa pemahaman.  Ketika hal-hal yang  dipelajari telah dipahami maka mudah diaplikasikan ke situasi yang baru dan dipertahankan dalam jagka waktu lama.
b.      Teori Piaget
Materi pendidikan harus disesuaikan dengan struktur kognitif anak, karena kemampuan untuk mengasimilasi bervariai dari satu anak dengan anak yang lain sehingga pendidikan harus diindividualisasikan. Selain itu pendidikan membutuhkan pengalaman yang menantang bagi pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilakan pertumbuhan intelektual.
c.       Teori Tolman
Tolman mendukung diskusi kelompok kecil dalam kelas. Setiap siswa mempunyai kesempatan secara individual/sebagai anggota kelompok untuk menguji ide secara memadai. Menurut Tolman, belajar terjadi secara konstan. Siswa berusaha mengembangkan ekspektasi/keyakinan yang sesuai dengan kenyataan. Guru membantu siswa merumuskan hipotesis dan member pengalaman yang mengonfirmasikan ketika hipotesis itu benar. Dengan cara ini siswa mengembangkan peta kognitif yang akan memandu aktivitas siswa.
d.      Teori Bandura
Implikasi teori Bandura dalam pembelajaran menekankan sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman langsung yang bisa dipelajari secara tidak langsung dengan observasi. Belajar observasional memiliki implikasi edukasional apabila guru memperhatika: 1)atensional/perhatian, 2) retensional, 3) motor/mampu melakukan perilaku yang dipelajari, 4) motivasi dari siswa. Pemberian model sangat efektif dan berpengaruh besar terhadap pembelajaran siswa. Model yang efektif digunakanadalah dengan film, televisi, tape, demonstrasi, dan display.
4.       Paradigma Neurofisiologis Dominan
a.       Teori Hebb
Implikasi teori Hebb dalam pembelajaran menitikberatkan proses kognitif dengan menggunakan neuron atau synapse sebagai alat utama. Studi motivasi dan studi belajar memberi pengaruh penting dalam proses pembelajaran.
5.       Paradigma Evolusioner
a.       Teori Bolles
Teori Bolles tidak memiliki implikasi untuk teknik pengajaran spesisik, tetapi menitikberatkan pada implikasi untuk kurikulum pendidikan secara umum.











BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Penggunaan dan pemilihan teori-teori belajar harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga teori tersebut dapat diimplikasikan ke dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan harapan. Cara yang tepat dalam penggunaan teori yang ada harus sesuai petunjuk mengenai pendekatan yang sudah ada untuk mempelajari proses belajar, selanjutnya memilih salah satu pendekatan yang memuaskan dan berkonsentrasi pada pendekatan itu. Apabila teori yang sudah ada tidak sesuai dengan pembelajaran, diharapkan dapat menyusun dan mengembangkan teori sendiri sesuai kebutuhan. Ketika menentukan perilaku manusia tidak ada proses yang lebih penting selain belajar, maka salah satu upaya yang penting yang dapat dilakukan seseorang adalah membantu mengungkap misteri di balik proses belajar.


















DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R & Matthew H. (2009). Theories of Learning (Teori Belajar). Jakarta:
 Kencana.

Wina Sanjaya. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
  Kurikulum Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada.

Winfred F. Hill. (2011). Theories of Learning: Konsepsi, Komparasi, dan Signifikansi.
 Bandung: Nusa Media.

BBNNNNAHH













1 komentar: